Semoga dengan blog ini dapat membantu memberikan informasi,khususnya untuk para pelajar.
Senin, 20 April 2020
Minggu, 12 April 2020
Konfigurasi Router Dasar, OSPF, BGP dan RIP beserta Langkah – langkahnya
1. Konfigurasi Router Dasar
Anda ingin belajar bagaimana cara mengkonfigurasi router cisco? jangan khawatir , kali ini saya akan memberikan sedikit pengalaman tentang bagaimana mengkonfigurasi router cisco. Namun pada kesempatan ini saya hanya akan membahas tentang konfigurasi dasar, yaitu konfigurasi yang umumnya dilakukan oleh seorang administrator. Ok, simak saja, bahasan berikut ini.
Untuk mengkonfigurasi router dilakukan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah, membangun sesi console. Sesi console dibentuk dengan menghubungkan port console yang ada pada router dengan port COM 1 yang ada pada PC.
Seteleh sesi console terbentuk, selanjutnya mengaktifkan terminal emolusi, yang lazim digunakan pada Sistem Operasi windows adalah hyperterminal Aktifkan hyperterminal, pastikan port yang dipilih adalah COM1, lalu konfigurasi :
a) Bits per second : 9600 bps
b) Data bits: 8
c) Parity : none
d) Stop bits:1
e) Flow control : none
Kemudian hidupkan router (power on), router akan melakukan proses boot up, setelah proses boot up selesai router akan menampilkan pesan “Would you like enter initial configuration dialog?” sebaiknya jawab “no”. lalu router menampilkan pesan “Press return to get start”. Untuk memulai kita tekan tombol “Enter”. Pada router yang belum dikonfigurasi maka router akan menampilkan prompt “router>” yang menandakan kita berada pada modus operasi user EXEC.
untuk memulai konfigurasi ketikan “enable” seperti contoh berikut :
Router> enable
Router#
Saat ini kita telah berada pada modus operasi privilege EXEC, konfigurasi biasanya dilakukan pada modus global configuration, artinya konfigurasi yang dilakukan pada modus ini akan mempengaruhi seluruh sistem. Kalau sebelumnya kita berada pada modus privillege EXEC maka untuk beralih ke modus global configuration perintahnya adalah:
Router#config terminal atau
Router#conf t
Beberapa konfigurasi dasar yang perlu dilakukan adalah :
A. Hostname
Fungsinya adalah untuk memberi nama pada router
syntax :
router(config)#hostname nama router yang diinginkan
misal nama router yang diinginkan adalah cisco, maka bentuk perintahnya
router(config)#hostname cisco
cisco(config)#
B. Enable password
Fungsinya untuk mengaktifkan password pada perintah enable
syntax :
cisco(config)#enable password kata-password yang diiinginkan
misal kata-password yang diinginkan adalah cisco, maka bentuk perintahnya
cisco(config)#enable password cisco
C. Enable secret
Fungsinya untuk mengaktifkan kata secret pada perintah enable, fungsinya sama dengan perintah enable password, namun enable secret memiliki prioritas yang lebih tinggi dan kata secret dalam bentuk terenkripsi.
syntax :
cisco(config)#enable secret kata-secret yang diinginkan
misal kata secret yang diinginkan adalah class, maka bentuk perintahnya adalah
cisco(config)#enabel secret class
D. Line console
Mengaktifkan password pada line console, agar hanya orang yang mengetahui/ memiliki password saya yang bisa mengakses router melalui line console. Router hanya memiliki 1 buah line console.
cisco(config)#line console 0
cisco(config-line)#password kata-password yang diinginkan
cisco(config-line)#exec-timeout 5
cisco(config-line)#login
E. Line auxiliary
Mengaktifkan password pada line aux, agar hanya orang yang mengetahui/ memiliki password saya yang bisa mengakses router melalui line aux. Router hanya memiliki 1 buah line aux.
cisco(config)#line aux 0
cisco(config-line)#password kata-password yang diinginkan
cisco(config-line)#exec-timeout 5
cisco(config-line)#login
F. Line Virtual Terminal
Mengaktifkan password pada line virtual terminal, agar hanya orang yang mengetahui/ memiliki password saya yang bisa mengakses router melalui line virtual terminal. Router hanya memiliki 5 buah line virtual terminal (vty).
cisco(config)#line vty 0 4
cisco(config-line)#password kata-password yang diinginkan
cisco(config-line)#exec-timeout 5
cisco(config-line)#login
2. Konfigurasi Router OSPF
A. Pengertian OSPF
Open Shortest Path First (OSPF) adalah sebuah protokol routing otomatis (Dynamic Routing) yang mampu menjaga, mengatur dan mendistribusikan informasi routing antar network mengikuti setiap perubahan jaringan secara dinamis. Pada OSPF dikenal sebuah istilah Autonomus System (AS) yaitu sebuah gabungan dari beberapa jaringan yang sifatnya routing dan memiliki kesamaan metode serta policy pengaturan network, yang semuanya dapat dikendalikan oleh network administrator. Dan memang kebanyakan fitur ini diguakan untuk management dalam skala jaringan yang sangat besar. Oleh karena itu untuk mempermudah penambahan informasi routing dan meminimalisir kesalahan distribusi informasi routing, maka OSPF bisa menjadi sebuah solusi. OSPF termasuk di dalam kategori IGP (Interior Gateway Protocol) yang memiliki kemapuan Link-State dan Alogaritma Djikstra yang jauh lebih efisien dibandingkan protokol IGP yang lain. Dalam operasinya OSPF menggunakan protokol sendiri yaitu protokol 89.
B. Cara Kerja OSPF
Berikut adalah sedikit gambaran mengenai prinsip kerja dari OSPF:
· Setiap router membuat Link State Packet (LSP)
· Kemudian LSP didistribusikan ke semua neighbour menggunakan Link State Advertisement (LSA) type 1 dan menentukan DR dan BDR dalam 1 Area.
· Masing-masing router menghitung jalur terpendek (Shortest Path) ke semua neighbour berdasarkan cost routing.
· Jika ada perbedaan atau perubahan tabel routing, router akan mengirimkan LSP ke DR dan BDR melalui alamat multicast 224.0.0.6
· LSP akan didistribusikan oleh DR ke router neighbour lain dalam 1 area sehingga semua router neighbour akan melakukan perhitungan ulang jalur terpendek.
C. Konfigurasi OSPF - Backbone Area
OPSF merupakan protokol routing yang menggunakan konsep hirarki routing, dengan kata lain OSPF mampu membagi-bagi jaringan menjadi beberpa tingkatan. Tingakatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan yaitu area.
OSPF memiliki beberapa tipe area diantaranya:
a) Bakcbone - Area 0 (Area ID 0.0.0.0) -> Bertanggung jawab mendistribusikan informasi routing antara non-backbone area. Semua sub-Area HARUS terhubung dengan backbone secara logikal.
b) Standart/Default Area -> Merupakan sub-Area dari Area 0. Area ini menerima LSA intra-area dan inter-area dar ABR yang terhubung dengan area 0 (Backbone area).
c) Stub Area -> Area yang paling "ujung". Area ini tidak menerima advertise external route (digantikan default area).
d) Not So Stubby Area -> Stub Area yang tidak menerima external route (digantikan default route) dari area lain tetapi masih bisa mendapatkan external route dari router yang masih dalam 1 area.
D. Studi Kasus
Kali ini kita akan mencoba melakukan implementasi untuk konfigurasi Backbone - Area 0 pada OSPF. Adapun langkah-langkahnya cukup mudah. Disini kami mempunyai 3 router dengan masing-masing router memiliki jaringan LAN. Kita akan mencoba supaya setiap jaringan LAN pada ketiga router tersebut bisa saling komunikasi tanpa kita tambahkan rule static route secara manual. Untuk gambaran topologi bisa dilihat pada tampilan berikut.
Konfigurasi dari setiap router juga sama tidak ada perbedaan. Langkah awal kita masuk pada menu Routing -> OSPF -> Network. Kemudian tambahkan network yang terdapat di router.
OSPF Networks - Router Pertama
OSPF Networks - Router Kedua
OSPF Networks - Router Ketiga
Setelah kita menambahkan network pada masing-masing router, jika kita melihat pada OSPF -> Interfaces maka secara otomatis akan muncul interface router dimana network tersebut terpasang. Dengan kita menambahkan network itu secara otomatis pula OSPF pada masing-masing router telah aktif.
Pada menu IP -> Routes juga akan ditambahkan secara dinamis rule routing baru dengan flag DAo (Dinamic, Active, Ospf).
Nah, sampai pada langkah ini seharusnya jika kita melakukan test ping maka setiap jaringan lokal sudah bisa reply. Dan berarti konfigurasi untuk OSPF Backbone (Area 0) telah selesai. Cukup mudah bukan.
3. Konfigurasi Router BGP
BGP (Border Gateway Protocol) adalah salah satu jenis protokol routing yang berfungsi untuk mempertukarkan informasi antar Autonomous System (AS). BGP ini merupakan sebuah Dinamic Routing dan pada mikrotik sendiri terdapat beberapa macam fitur dinamic routing selain BGP seperti OSPF dan RIP. Untuk pertukaran informasi BGP ini memanfaatkan protokol TCP sehingga tidak perlu lagi menggunakan protokol jenis lain untuk mengangani fragmentasi, retransmisi, acknowledgement dan sequencing.
[Study Case] Pemisahan Jalur Koneksi Internasioanl dan IIX (lokal) dengan BGP Peer.
Agar bisa mengetahui mengenai BGP lebih jauh lagi, kita akan langsung mencoba praktek konfigurasi BGP. Untuk percobaan kali ini kita akan memisahkan jalur dari koneksi internet Internasioanal dan IIX (lokal). Misal kita berlangganan internet pada sebuah ISP dengan layanan BGP Peer. Dengan contoh topologi seperti pada gambar berikut.
Kita memiliki 2 buah link ke internet yaitu IIX dan Internasional yang menggunakan IP Local (172.16.1.2/30 dan 172.16.4.2/30) dengan satu link client local (192.168.88.0/24) dan satu link untuk server (menggunakan IP Public 202.73.XXX.11/30). Nah, masing-masing IP Address tersebut kita tambahkan pada interface router seperti pada topologi diatas. Semua IP Address ini hanya sekedar permisalan (dummy), jadi bisa disesuaikan dengan kondisi real implementasi di lapangan.
A. Konfigurasi BGP
Setelah kita tambahkan IP Address tersebut pada router, selanjutnya kita akan konfigurasi pada menu BGP. Kita pilih pada menu Routing -> BGP.
Pada tab 'Instance' kita tentukan nilai dari paramter AS (Autonomus System Number). Kita bisa tambahkan satu profile intsance baru atau kita juga bisa mengubah konfigurasi pada profile yang telah ada (default). Nilai dari ASN ini kita sesuaikan dengan informasi dari ISP. Sebagai contoh disini kita menggunakan 65432.
Kemudian kita juga akan melakukan konfigurasi pada tab 'Peers'. Disini kita akan menambahkan dua buah rule untuk peering (memasangkan) dengan BGP Router yang ada di ISP. Kita tambahkan peering untuk link koneksi Internasional dan juga IIX (lokal).
Pada parameter name kita tentukan nama dari jenis koneksi tersebut (Internasional dan IIX). Kemudian kita arahkan parameter instance ke profile yang telah kita buat sebelumnya yaitu 'default'. Untuk 'Remote Address' adalah gateway dari masing-masing link koneksi, Jangan lupa untuk menentukan 'Remote AS'. Hal ini juga disesuaikan dengan informasi dari ISP. Sebagai contoh kita kali ini kita menggunakan 65530.
Apabila proses 'peering' berhasil maka pada kolom state akan mucul keterangan 'Established' dan jika kita melihat melalui New terminal dengan script /routing bgp peer print, maka pada dua rule yang kita buat tadi terdapat flag 'E'.
Dan apabila kita lihat pada menu IP ->Routes maka akan muncul banyak sekali rule routing dengan flag 'DAb' (Dynamic Active BGP) yang mana rule tersebut merupakan rule untuk destination dari IIX (lokal) dan juga Internasional.
Sampai langkah ini IP Public yang ada pada router kita sudah bisa diakses dari luar. Namun, untuk koneksi internetnya sendiri dari router maupun LAN (client) masih belum bisa diakses. Untuk itu kita akan menambahkan rule pada firewall NAT. Namun disini kita tidak akan menggunakan rule NAT dengan "action=masquerade", karena link yang menuju ke internet yaitu ether1 dan ether2 menggunakan IP Private. Sehingga kita akan menggunakan "action=src-nat" dengan menunjuk IP Public yang berada pada salah satu interface router yaitu di ether5.
Pertama, kita tambahkan NAT untuk dua link koneksi ke internet (Internasional dan IIX). Contoh scriptnya adalah sebagai berikut:
/ip firewall nat
add action=src-nat chain=srcnat out-interface=ether1 src-address=172.16.1.2 to-addresses=202.73.xxx.11
add action=src-nat chain=srcnat out-interface=ether2 src-address=172.16.4.2 to-addresses=202.73.xxx.11
Kedua, kita tambahkan NAT untuk akses internet dari jaringan LAN. Contoh scriptnya adalah sebagai berikut:
/ip firewall nat
add action=src-nat chain=srcnat src-address=192.168.88.0/24 to-addresses=202.73.xxx.11
4. Konfigurasi Router RIP
Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol routing dinamis yang digunakan dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). Oleh karena itu protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini menggunakan algoritma Distance-Vector Routing. Pertama kali didefinisikan dalam RFC 1058 (1988). Protokol ini telah dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP Versi 2 (RFC 2453). Kedua versi ini masih digunakan sampai sekarang, meskipun begitu secara teknis mereka telah dianggap usang oleh teknik-teknik yang lebih maju, seperti Open Shortest Path First (OSPF) dan protokol OSI IS-IS. RIP juga telah diadaptasi untuk digunakan dalam jaringan IPv6, yang dikenal sebagai standar RIPng (RIP Next Generation/ RIP generasi berikutnya), yang diterbitkan dalam RFC 2080 (1997).
Cara Kerja RIP :
1) Host mendengar pada alamat broadcast jika ada update routing dari gateway.
2) Host akan memeriksa terlebih dahulu routing table lokal jika menerima update routing .
3) Jika rute belum ada, informasi segera dimasukkan ke routing table .
4) Jika rute sudah ada, metric yang terkecil akan diambil sebagai acuan.
5) Rute melalui suatu gateway akan dihapus jika tidak ada update dari gateway tersebut dalam waktu tertentu
6) Khusus untuk gateway, RIP akan mengirimkan update routing pada alamat broadcast di setiap network yang terhubung
Karakteristik dari RIP:
1) Distance vector routing protocol
2) Hop count sebagi metric untuk memilih rute
3) Maximum hop count 15, hop ke 16 dianggap unreachable
4) Secara default routing update 30 detik sekali
5) RIPv1 (classfull routing protocol) tidak mengirimkan subnet mask pada update
6) RIPv2 (classless routing protocol) mengirimkan subnet mask pada update
Kelebihan
RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update). Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan
Kekurangan
Dalam implementasi RIP memang mudah untuk digunakan, namun RIP mempunyai masalah serius pada Autonomous System yang besar, yaitu :
a. Terbatasnya diameter network, Telah disebutkan sedikit di atas bahwa RIP hanya bisa menerima metrik sampai 15. Lebih dari itu tujuan dianggap tidak terjangkau. Hal ini bisa menjadi masalah pada network yang besar.
b. Konvergensi yang lambat, Untuk menghapus entry tabel routing yang bermasalah, RIP mempunyai metode yang tidak efesien. Seperti pada contoh skema network di atas, misalkan subnet 10 bernilai 1 hop dari router 2 dan bernilai 2 hop dari router 3. Ini pada kondisi bagus, namun apabila router 1 crash, maka subnet 3 akan dihapus dari table routing kepunyaan router 2 sampai batas waktu 180 detik. Sementara itu, router 3 belum mengetahui bahwa subnet 3 tidak terjangkau, ia masih mempunyai table routing yang lama yang menyatakan subnet 3 sejauh 2 hop (yang melalui router 2). Waktu subnet 3 dihapus dari router 2, router 3 memberikan informasi ini kepada router 2 dan router 2 melihat bahwa subnet 3 bisa dijangkau lewat router 3 dengan 3 hop ( 2 + 1 ). Karena ini adalah routing baru maka ia akan memasukkannya ke dalam KRT. Berikutnya, router 2 akan mengupdate routing table dan memberikannya kepada router 3 bahwa subnet 3 bernilai 3 hop. Router 3 menerima dan menambahkan 1 hop lagi menjadi 4. Lalu tabel routing diupdate lagi dan router 2 meneriman informasi jalan menuju subnet 3 menjadi 5 hop. Demikian seterusAnya sampai nilainya lebih dari 30. Routing atas terus menerus looping sampai nilainya lebih dari 30 hop.
c. Tidak bisa membedakan network masking lebih dari /24, RIP membaca IP address berdasarkan kepada kelas A, B dan C. Seperti kita ketahui bahwa kelas C mempunyai masking 24 bit. Dan masking ini masih bias diperpanjang menjadi 25 bit, 26 bit dan seterusnya. RIP tidak dapat membacanya bila lebih dari 24 bit. Ini adalah masalah besar, mengingat masking yang lebih dari 24 bit banyak dipakai. Hal ini sudah dapat di atasi pada RIPv2.
d. Jumlah host Terbatas.
e. RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route.
f. RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM), Ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada
Versi
Ada tiga versi dari Routing Information Protocol: RIPv1, RIPv2, dan RIPng.
A. RIP versi 1
Spesifikasi asli RIP, didefinisikan dalam RFC 1058, classful menggunakan routing. Update routing periodik tidak membawa informasi subnet, kurang dukungan untuk Variable Length Subnet Mask (VLSM). Keterbatasan ini tidak memungkinkan untuk memiliki subnet berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain, semua subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama. Juga tidak ada dukungan untuk router otentikasi, membuat RIP rentan terhadap berbagai serangan.
B. RIP versi 2
Karena kekurangan RIP asli spesifikasi, RIP versi 2 (RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada tahun 1998. Ini termasuk kemampuan untuk membawa informasi subnet, sehingga mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR). Untuk menjaga kompatibilitas, maka batas hop dari 15 tetap. RIPv2 memiliki fasilitas untuk sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal jika semua protokol Harus Nol bidang dalam pesan RIPv1 benar ditentukan. Selain itu, aktifkan kompatibilitas fitur memungkinkan interoperabilitas halus penyesuaian.
C. RIPng
RIPng (RIP Next Generation / RIP generasi berikutnya), yang didefinisikan dalam RFC 2080, adalah perluasan dari RIPv2 untuk mendukung IPv6, generasi Internet Protocol berikutnya. Perbedaan utama antara RIPv2 dan RIPng adalah:
· Dukungan dari jaringan IPv6.
· RIPv2 mendukung otentikasi RIPv1, sedangkan RIPng tidak. IPv6 router itu, pada saat itu, seharusnya menggunakan IP Security (IPsec) untuk otentikasi.
· RIPv2 memungkinkan pemberian beragam tag untuk rute , sedangkan RIPng tidak;
· RIPv2 meng-encode hop berikutnya (next-hop) ke setiap entry route, RIPng membutuhkan penyandian (encoding) tertentu dari hop berikutnya untuk satu set entry route.
Batasan:
· Hop count tidak dapat melebihi 15, dalam kasus jika melebihi akan dianggap tidak sah. Hop tak hingga direpresentasikan dengan angka 16.
· Sebagian besar jaringan RIP datar. Tidak ada konsep wilayah atau batas-batas dalam jaringan RIP.
· Variabel Length Subnet Masks tidak didukung oleh RIP IPv4 versi 1 (RIPv1).
· RIP memiliki konvergensi lambat dan menghitung sampai tak terhingga masalah.
A. Langkah – langkah konfigurasi routing OSPF
1. Buka Cisco Packet Tracer
2. Buat Topologinya seperti di bawah ini
3. Tambahkan IP di setiap PC. Caranya klik pada PC->Desktop->IP Configuration
PC 0 :
IP Address -> 192.168.11.1
Subnet Mask -> 255.255.255.0
Gateway -> 192.168.11.2 (IP Router0)
PC1 :
IP Address -> 192.168.22.1
Subnet Mask -> 255.255.255.0
Gateway -> 192.168.22.2 (IP Router1)
4. Tambahkan IP di setiap routerCaranya klik pada Router->CLI
Router0 :
->en => masuk ke router
#conf t => masuk menu konfigurasi
#int gig0/0 => konfigurasi interface gigabit ethernet 0/0
#ip add 192.168.11.2 255.255.255.0 => menambahkan ip dan subnet pada interface gig0/0
#no sh => mengaktifkan interface
#int gig0/1 => konfigurasi interface gigabit ethernet 0/1
#ip add 172.16.10.1 255.255.255.252 => menambahkan ip dan subnet pada interface gig0/1
#no sh => mengaktifkan interface
Router1 :
->en => masuk ke router
#conf t => masuk menu konfigurasi
#int gig0/0 => konfigurasi interface gigabit ethernet 0/0
#ip add 192.168.22.2 255.255.255.0 => menambahkan ip dan subnet pada interface gig0/0
#no sh => mengaktifkan interface
#int gig0/1 => konfigurasi interface gigabit ethernet 0/1
#ip add 172.16.10.2 255.255.255.252 => menambahkan ip dan subnet pada interface gig0/1
#no sh => mengaktifkan interface
5. Konfigurasi OSPF pada router
Konfigurasi OSPF minimal terdiri dari dua langkah yakni mengaktifkan routing ospf pada router kemudian mengadvertise network yang terhubung secara langsung ke router.
Perintah untuk mengaktifkan routing ospf :
#routing ospf [proces_id]
Untuk process id pada setiap router tidak harus sama
Perintah untuk mengadvertise network yang terhubung :
#network [network_address] [wildcard_mask] [area]
Routing OSPF wajib menggunakan wildcard mask. Untuk area bisa menggunakan area 0(area backbone) karena kita konfigurasi ospf single area.
Apa itu wildcard mask? wilcard mask yaitu parameter access list yang menentukan alamat IP yang harus diperiksa atau pengertian lain nya adalah kumpulan 32 bit yang digunakan untuk mengenali alamat IP.
Contoh wildcard mask :
IP = 192.168.11.1 Subnet = 255.255.255.0, untuk menghitungnya begini => Subnet = 255.255.255.0 => 11111111.11111111.11111111.0000000 kebalikannya adalah wildcard.
Wildcard => 00000000.00000000.00000000.11111111 = 0.0.0.255
Contoh lain :
IP = 172.16.10.1 Subnet = 255.255.255.252, untuk menghitungnya begini => Subnet = 255.255.255.252 => 11111111.11111111.11111111.11111100 kebalikannya adalah wildcard.
Wildcard => 00000000.00000000.00000000.00000011 = 0.0.0.3
Kembali pada pembahasan awal
6. Masuk ke CLI pada router
Router0 :
Router1 :
7. Coba kirim pesan beberapa kali, yang pertama kemungkinan failde tapi selanjutnya akan sukses
B. Langkah-langkah Konfigurasi Routing BGP
1. Buka Cisco Packet Tracer
2. Buat topologinya terlebih dahulu, saya membuat topologinya seperti di bawah ini
3. Tambahkan ip address pada PC. Caranya klik pada PC->Desktop->IP Configuration
Konfigurasi di PC0
PC 0 :
IP Address -> 192.168.1.1
Subnet Mask -> 255.255.255.0
Gateway -> 192.168.1.2 (IP Router0)
Konfigurasi di PC1
PC 1 :
IP Address -> 172.16.10.1
Subnet Mask -> 255.255.255.0
Gateway -> 172.16.10.2 (IP Router1)
4. Tambahkan IP di setiap routerCaranya klik pada Router->CLI
Konfigurasi di Router0
Router0 :
en => masuk ke router
#conf t => masuk menu konfigurasi
#int gig0/0 => konfigurasi interface gigabit ethernet 0/0
#ip add 20.20.20.1 255.255.255.252 => menambahkan ip dan subnet pada interface gig0/0
#no sh => mengaktifkan interface
#int gig0/1 => konfigurasi interface gigabit ethernet 0/1
#ip add 192.168.1.2 255.255.255.0 => menambahkan ip dan subnet pada interface gig0/1
#no sh => mengaktifkan interface
Konfigurasi di Router1
Router1 :
en => masuk ke router
#conf t => masuk menu konfigurasi
#int gig0/0 => konfigurasi interface gigabit ethernet 0/0
#ip add 20.20.20.2 255.255.255.252 => menambahkan ip dan subnet pada interface gig0/0
#no sh => mengaktifkan interface
#int gig0/1 => konfigurasi interface gigabit ethernet 0/1
#ip add 172.16.10.2 255.255.255.0 => menambahkan ip dan subnet pada interface gig0/1
#no sh => mengaktifkan interface
5. Konfigurasi BGP pada router
Konfigurasi di Router0
Router0 :
#router bgp 100 membuat AS BGP dengan nomor 100
#neighbor 20.20.20.1 remote-as 200 => mendaftarkan ip address dari interface router tetangga yang terhubung langsung dengan router yang AS nya diset 200
#network 192.168.1.0 mask 255.255.255.0 => Menetukan network address yang di advertise oleh BGP
Konfigurasi di Router1
Router1 :
#router bgp 200 membuat AS BGP dengan nomor 200
#neighbor 20.20.20.2 remote-as 100 => mendaftarkan ip address dari interface router tetangga yang terhubung langsung dengan router yang AS nya diset 100
#network 172.16.10.0 mask 255.255.255.0 => Menetukan network address yang di advertise oleh BGP.
Keterangan: neighbor 20.20.20.1 up maksudnya router sudah bisa terkoneksi dengan router lain
6. Selanjutnya pengecekan, coba ping dari PC0->PC1 dan PC1->PC0
C. Langkah - langkah konfigurasi routing RIP
Pertama kita akan setting IP pada setiap Router
R0
Konfigurasi IP pada Router 0
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 192.168.20.2 255.255.255.248
Router(config-if)#no shutdown
Router(config)#interface fastEthernet 0/1
Router(config-if)#ip address 192.168.10.1 255.255.255.248
Router(config-if)#no shutdown
R1
Konfigurasi IP pada Router 1
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 192.168.20.1 255.255.255.248
Router(config-if)#no shutdown
Router(config)#interface fastEthernet 0/1
Router(config-if)#ip address 192.168.30.1 255.255.255.248
Router(config-if)#no shutdown
R2
Konfigurasi IP pada Router 2
Router(config)#interface fastEthernet 0/1
Router(config-if)#ip address 192.168.40.1 255.255.255.248
Router(config-if)#no shutdown
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 192.168.30.2 255.255.255.248
Router(config-if)#no shutdown
Kemudian Kita akan masuk untuk konfigurasi RIP pada setiap Router.kali ini Kita akan menggunakan RIP versi 2
R0
Konfigurasi RIP pada Router 0
Pada konfigurasi kali ini tambahkan network yang terhubung ke Router 0.
Router(config)#router rip
Router(config-router)#version 2
Router(config-router)#network 192.168.10.0
Router(config-router)#network 192.168.20.0
Router(config-router)#no auto-summary
R1
Konfigurasi RIP pada Router 1
Pada konfigurasi kali ini tambahkan network yang terhubung ke Router 1.
Router(config)#router rip
Router(config-router)#version 2
Router(config-router)#network 192.168.20.0
Router(config-router)#network 192.168.30.0
Router(config-router)#no auto-summary
R2
Konfigurasi RIP pada Router 2
Pada konfigurasi kali ini tambahkan network yang terhubung ke Router 2.
Router(config)#router rip
Router(config-router)#version 2
Router(config-router)#network 192.168.30.0
Router(config-router)#network 192.168.40.0
Router(config-router)#no auto-summary
Kemudian Setting IP pada PC Client yang terhubung Ke Router 0 dan Router 2
Client Router 0
Client Router 2
Kesimpulan
Dengan konfigurasi RIP kita bisa menghubungkan Client yang berbeda network secara dinamis
Langganan:
Postingan (Atom)
Teknik Pemeriksaan Permasalahan Pada Sistem Administrasi
Prosedur dan Teknik Permasalahan Pada Sistem Administrasi Untuk memeriksa permasalahan jaringan, bisa menggunakan bantuan 2 aplikasi ini,...
-
Prosedur dan Teknik Permasalahan Pada Sistem Administrasi Untuk memeriksa permasalahan jaringan, bisa menggunakan bantuan 2 aplikasi ini,...
-
Control Panel Hosting assalamualaikum Wr. Wb. apa kabar sahabat kali ini saya akan membahas jenis-jenis Control Panel Hosting. gak usah bany...
-
SHARED HOSTING SERVER Pengertian Share Hosting Server Shared hosting adalah layanan hosting di mana sebuah account hosting ditaruh bersam...